Untuk mengukur kualitas dunia
spiritual lebih sulit dibandingkan mengukur dunia material, sebab dalam dunia
material sudah pasti dan dapat diukur dengan parameter-parameter yang telah
ditentukan.
Mengukur kekayaan seseorang dapat
dibuktikan dengan jumlah rumah yang dimiliki, jumlah mobil yang dipakai, jumlah
perusahaan yang dikendalikan, jumlah pajak yang dibayarkan kepada pemerintah,
sehingga dapat diukur secara kwalitatif dan kwantitatif dari kekayaan yang bersangkutan.
Tetapi untuk mengukur kualitas seseorang dalam dunia spiritual sangat sulit
karena tidak nyata dan sulit dibuktikan secara obyektif. Dalam konsep Weda
sebagai kitab suci agama Hindu, bahwa Hindu percaya adanya Panca Sradha yaitu
lima keyakinan yang harus dilaksanakan oleh setiap umat Hindu dalam
kehidupannya. Kelima Sradha yang dimaksud adalah Brahman, Atman, Karma Phala,
Punarbawa/Reinkarnasi dan Moksa.
Pertama
yaitu keyakinan adanya Brahman yaitu Hyang Widhi Wasa. Atman sebagai sinarnya
Brahman yang bersemayan disetiap makluk hidup. Karma Phala sebagai hasil
perbuatan setiap makluk, dan hukum karma merupakan hukum kausal yaitu hukum
sebab akibat. Semua makluk hidup tidak terlepas dari putaran reinkarnasi dan
terakhir tujuan hidup manusia adalah menuju Moksa. Atman dalam proses
reinkarnasi tidak terlepas dari Triguna yaitu tiga aspek yang membungkus Atman
terdiri dari Satwan, Rajas dan Tamas. Selama Atman masih dibungkus dengan
Triguna maka manusia tidak dapat mencapai Moksa, karena masih dipengaruhi oleh
dunia material sehingga akan selalu mengikuti proses reinkarnasi berikutnya.
Maka kualitas Triguna akan memenuhi persyaratan Moksa dengan jalan selalu
melakukan Karma sebaik baiknya yang dikenal dengan Subha Karma sehingga dapat
membantu mempercepat proses menuju kebebasan yaitu Moksa.
Konsep Panca Sradha
Brahman
sebagai pencipta alam semesta ini akan mempunyai kewajiban untuk mengatur agar
kehidupan dibumi ini dapat berjalan dengan harmonis dengan menerapkan hukum Rta.
Dalam mengatur alam semesta ini Brahman dibantu oleh para Dewa yang jumlahnya
33, dimana Dewa adalah sinarnya Brahman. Disamping Dewa, Atman yang merupakan
sinarnya Brahman, apabila belum bergabung dengan Panca Maha Bhuta akan
menempati salah satu loka diluar bumi ini.
Apabila Atman yang dibungkus dengan
Triguna ditarik oleh dunia material maka Atman tersebut akan mengalami proses
reinkarnasi ke bumi dengan menjadi makluk, baik berbentuk binatang maupun
manusia. Selama berada di Bumi makluk tersebut akan melakukan Karma sesuai dengan
tingkat penjelmaannya untuk dapat bertahan hidup dengan mengacu kepada Hukum
Karma. Kualitas karma inilah yang menentukan proses reinkarnasi berikutnya,
yang membawa dampak terhadap kualitas Triguna. Selama Atma masih dibungkus
dengan Triguna, Atma akan selalu bergerak mengikuti proses reinkarnasi dengan
waktu tanpa batas sampai Atma terbebas dari keterikatan Triguna maka Atma akan
lepas dari proses Reinkarnasi untuk menuju Moksa yaitu kebebasan abadi.
Sebagai
ilustrasi Panca Sradha dapat digambarkan sebagai berikut.
Karma Phala
Karma Phala
artinya adalah hasil perbuatan dari makluk selama mengarungi kehidupan didunia
ini. Didalam konsep hukum karma dalam Panca Sradha yang merupakan hukum kausal
yaitu hukum sebab akibat yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1) Hukum Karma bersifat abadi sudah ada
sejak mulai alam semesta diciptakan dan tetap berlaku sampai alam semesta ini
mengalami pralaya (kiamat).
2) Hukum Karma bersifat Universal,
berlaku bukan hanya untuk manusia tetapi juga untuk makluk-makhluk serta
seluruh isi alam semesta.
3) Hukum Karma tetap sejak zaman
pertama penciptaannya, zaman sekarang dan juga untuk zaman yang akan datang.
4) Hukum Karma sangat sempurna, adil
dan tidak ada yang menghindarinya.
5) Hukum Karma berlaku untuk semua
makluk tidak ada pengecualian terhadap siapapun.
Dalam
hukum Karma Phala ada tiga jenis Karma Phala yang didasarkan atas waktu dari
karma itu diterima yaitu :
1. Sancita Karma Phala yaitu hasil
perbuatan kita terdahulu yang belum dapat dinikmati dan masih merupakan benih yang
menentukan kehidupan kita sekarang.
2. Prarabda Karma Phala yaitu suatu
perbuatan yang dilakukan pada kehidupan sekarang dan hasilnya diterima dalam
kehidupan sekarang juga tanpa ada sisanya lagi..
3. Kriyamana Karma Phala yaitu
perbuatan yang dilakukan sekarang didunia ini tetapi hasilnya akan diterima
setelah mati dialam baka atau pada kehidupan yang akan datang.
Pada
saat janin masih dalam kandungan ibu, Atman sudah dibungkus dengan karma yang
disebut dengan Karma Wasana yang merupakan hasil perbuatan yang dilakukan pada
kehidupan terdahulu (Sancita Karma Phala). Kualitas Karma Wasana sangat
tergantung dengan kualitas hidup sebelum reinkarnasi apakah Subha Karma (baik)
atau Asubha Karma (buruk).
Apakah Karma Wasana yang diterima
manusia saat baru lahir merupakan Nasib? Apabila kita perhatikan dan amati
kehidupan manusia saat ini kelihatan kurang adil, ada seseorang yang bergulat
dengan kehidupan, selalu jujur dan pengabdiannya cukup tinggi tetapi kenyataan
dalam hidupnya melarat. Tetapi ada juga orang yang hidupnya santai-santai saja
dan kelakuannya dimasyarakat kurang baik tetapi kehidupan cukup baik, sehingga
hukum karma dianggap tidak adil. Tetapi apabila kita cermati tiga jenis karma
didasarkan atas waktu dari karma itu diterima akan jelas permasalahannya, bahwa
karma kita saat ini belum tentu kita terima saat ini juga, mungkin hasilnya
dapat diterima diloka yang lain diwaktu yang akan datang atau setelah
reinkarnasi berikutnya.
Hukum
karma jangan diartikan secara sempit, harus didasarkan kebenaran yaitu Dharma
sesuai dengan ajaran Agama Hindu. Hukum Karma adalah pasti, adil, sempurna dan
tidak ada seseorang yang terhindar dari Hukum Karma, hanya proses akibat hasil
yang ditimbulkan membutuhkan waktu yang tanpa batas, selama dia masih dalam
lingkaran proses reinkarnasi. Untuk mengukur kualitas karma saat ini adalah
seberapa jauh manusia sudah menjalankan ajaran-ajaran Tuhan yaitu Dharma dalam
kehidupannya sehari-hari yang disebut Subha Karma (baik). Cara yang terbaik
adalah dengan menghindari perbuatan-perbuatan Asubha Karma (buruk) yang dapat
menyebabkan kehancuran diri sendiri. Dengan selalu berbuat Subha Karma akan
dapat memperbaiki kualitas Triguna maka dapat membantu pada kehidupan-kehiduap yang
akan datang melalui proses Reinkarnasi.
MENGUKUR KUALITAS TRIGUNA.
Sebelum
manusia melalui proses reinkarnasi lahir kedunia, Atma berada pada salah satu
loka dibungkus dengan Triguna yaitu Satwan, Rajas dan Tamas, Atman ditentukan
oleh kualitas Triguna , apakah reinkarnasi menjadi binatang atau manusia. Untuk
mengukur kualitas Triguna sangat tergantung dari kualitas karma yang dilakukan
oleh manusia selama hidup dibumi ini. Maka apabila dalam kehidupan selalu
berbuat baik (Subha Karma) maka baik juga kualitas dari Triguna yang dibawa
oleh Atman saat meninggal.
Kalau
dibuat rumus secara matematika dapat digambarkan sebagai berikut :
TG
= KW + (SK - ASK)
TG = Triguna
KW = Karma Wasana
SK = Subha Karma
ASK = Asuhba karma
Maka
kualitas Triguna sangat tergantung dengan tiga faktor yaitu Karma Wasana, Subha
Karma dan Asubha Karma. Apabila Karma Wasana mempunyai kualitas baik dan juga
dalam kehidupan selalu berbuat baik (Subha Karma) maka Triguna mempunyai kualitas
yang baik sehingga persyaratan menuju moksa mendekati kenyataan.
Apabila Karma Wasana mempunyai kualitas
yang tidak baik dan dalam kehidupan selalu berbuat baik maka kualitas Triguna
lebih baik dari pada Karma Wasana yang lalu (Sancita Karma Phala). Apabila
karma wasana mempunyai kualitas yang tidak baik dan dalam kehidupan juga tidak
baik maka kualitas triguna lebih jelek dari Karma Wasana yang lalu (Sancita
Karma Phala).
Demikian seterusnya apabila kita
kombinasikan ketiga faktor tersebut sehingga kita dapat ukuran Tuhan adalah
Kebenaran, maka dalam menjalankan kehidupan ini, kita selalu berlandaskan
Kebenaran yaitu Dharma sehingga kita selalu mendapat perlindungan Hyang Widi
Wasa dengan harapan mendapat kesejahteraan dalam kehidupan dimasa masa yang
akan datang.
Permasalahan yang timbul adalah
apakah kita dapat mengukur perbuatan seseorang dengan menggunakan parameter
tertentu ? Sebab kadang-kadang manusia dalam melakukan penilaian selalu
berpikir subyektif, sehingga agak jauh dari kebenaran.Ukuran-ukuran tersebut
adalah sebagai ilustrasi yang nilainya sangat abstrak, sebab ukuran Tuhan
berbeda dengan ukuran manusia. Ukuran manusia adalah yang dapat dijangkau oleh
pikiran manusia yang mempunyai kemampuan sangat terbatas lebih banyak bernuansa
subyektif.
Sedangkan untuk meningkatkan kualitas
Triguna, maka selama hidup di Dunia kesempatan yang terbaik yang harus
dilakukan adalah memperbesar nilai Subha Karma dengan cara norma-norma (Etika)
yang ada dalam ajaran Weda dengan melakukan Yadnya (Ritual) sebanyak banyaknya.
Dalam memperbesar nilai Subha karma, adalah selalu menjauhi perbuatan-perbuatan
Asubha Karma, dan setiap gerak kehidupan selalu berpegang kepada Dharma yaitu
kebenaran. Dengan selalu berbuat (Karma) berlandaskan Dharma, sehingga dapat
membantu dalam proses kesejahteraan Dunia, serta dapat mempercepat proses
pembebasan Atma dari perputaran Reinkarnasi sehingga Atma dapat menuju Moksa.